Skip to main content

Posts

Curahan Hati Tentang Negeri

(Oleh:   Lenni Nurfadhilah) Indonesia kaya akan sumber daya, baik alam maupun manusia. Beraneka ragam budaya dan suku bangsanya. Namun, fenomena kehidupan di Indonesia begitu memilukan. Masih banyak masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan, masih banyak yang pendidikannya rendah, dan masih banyak pula pengangguran. Benar pepatah mengatakan yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin tak berdaya. Pemimpin bangsa banyak yang melupakan janji manisnya, sehingga korupsi merajalela. Sungguh ironis, melihat fenomena negeri yang memilukan. Perekonomian yang seharusnya sesuai dengan UUD 1945 pasal 33 UUD, tetapi tidak demikian. Landasan perekonomian tersebut hanyalah simbol formalitas saja. Pembangunan di negeri ini masih jauh dari kata merata, baik di bidang pendidikan, kesehatan, maupun perekonomiannya. Mengapa saya katakan demikian? Karena banyak fakta yang memotretnya.             Saya pernah ikut suatu kegiatan social di daerah Malang selatan. Ketika di perjalanan, saya hanya m
Recent posts

NAPAK TILAS PUDARNYA EKONOMI KERAKYATAN SEBAGAI JATI DIRI PEREKONOMIAN BANGSA INDONESIA

Oleh: Heru Hizbulloh  Indonesia dan Keberlimpahan Sebelum membahas lebih lanjut tentang napak tilas pudarnya ekonomi kerakyatan, mari kita satukan pikiran terlebih dahulu mengenai gambaran negeri ini dalam hal potensi alam yang dimilikinya serta akibat yang ditimbulkan oleh potensi itu sendiri. Indonesia, siapa yang tidak mengenal Negara dengan sejuta potensi yang luar biasa, terdiri dari beribu-ribu pulau, dikenal seantero dunia dengan kandungan kekayaan alamnya, begitu banyak logam mulia, gas alam, batu bara, dan lain-lain. Namun, hal tersebut tentu jangan sampai membuat Bangsa ini terlalu lama “terlena” dengan pemberian Tuhan, bukan tanpa alasan mengapa kekhawatiran ini muncul. Paradoks Keberlimpahan, bagi sebagian orang paradoks ini tentu tidak asing lagi, sering sekali muncul ketika kita mendiskusikan bagaimana kekayaan alam dapat menjadi boomerang bagi pertumbuhan ekonomi suatu Bangsa. Kutukan sumber daya , atau   paradoks keberlimpahan , mengacu pada   anggapan   bahwa

Ekonomi Kerakyatan: Saling Gandeng Merajut Kesejahteraan (Part 1)

Oleh : Isnawati Hidayah Desa Wisata, Pusat Kerajinan, One Village One Product (OVOP) merupakan contoh kebijakan pemerintah dalam aglomerasi di daerah perkotaan maupun pedesaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Desa Wisata Tingkir Lor adalah salah satunya. Lima tahun silam, Desa Wisata Tingkir belum tepat disebut sebagai desa wisata, karena kondisi fisik tata ruangnya belum tertata, belum dirancang sebagaimana lokasi, belum ada kesamaan visi dan misi antara masyarakat dan pemerintah dalam mewujudkannya,tidak ada master plan yang terstruktur dan “pas” untuk kepariwisataan yang menonjolkan suasana khas pedesaan, sehingga belum memiliki daya tarik bagi wisatawan sebagai destinasi wisata.. Program Pemerintah Kota Salatiga untuk mengangkat Kelurahan Tingkir Lor menjadi Desa Wisata Tingkir belum nampak sepenuhnya dilaksanakan, Pemerintah Kota Salatiga terkesan belum serius menangani program ini, masyarakat belum sepenuhnya tergerak untuk mendukung program ini. Sejak dihasilkan b

Mengoptimalkan Koperasi Pada UMKM Di Desa Argosari

Oleh : Renny Regina Setya Primadani             Salah satu tempat di Kabupaten Malang, tepatnya di Dusun Bendrong Desa Argosari Kecamatan Jabung. Desa yang masih sangat asri dengan kondisi alam yang masih alami, bebas dari polusi udara, jauh dari keramaian. Bukan hal langka lagi apabila banyak yang melakukan kegiatan disana seperti Baksos (Bakti Sosial), Bina Desa, dan para investor yang akan menanamkan modalnya disana dengan melihat potensi-potensi yang dimiliki. Mereka semua disambut dengan tangan terbuka disertai keramahan yang mereka perlihatkan kepada orang-orang baru yang akan melakukan kegiatan disana. Tidak hanya itu, anak-anak kecil yang selalu bersemangat untuk belajar walaupun mereka tidak tau setelah lulus SD (Sekolah Dasar) akan melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi atau tidak. Karena mereka terhambat dengan biaya sekolah, jauhnya akses tempat belajar, tidak mau melanjutkan karena sebagian teman-teman mereka ada yang putus sekolah. Namun, saat ini di Desa Argosari a

Kerajinan Kulit Kelurahan Selosari, Kabupaten Magetan: Dari Rakyat Untuk Rakyat

Oleh : Shabilla Salim Industri menurut UU No. 5 Tahun 1984 Industri ialah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, atau barang jadi menjadi barang yang memiliki nilai tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Industri kecil dan menengah adalah kelompok industri yang kuat dan paling mampu bertahan menghadai kriris perekonomian di Indonesia. Pada masa krisis ekonomi tahun 1998-2001 menunjukkan fakta bahwa UMKM lah yang paling mampu bertahan dan terus bertumbuh sekitar 11% per tahun, bahkan mengalahkan pertumbuhan dari industri berskala besar yang hanya tumbuh sekitar 6% per tahun Di berbagai wilayah di indonesia khusunya di daerah-daerah yang tidak terlalu besar industi kecil dan menengah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Industri kecil pada umumnya berawal dari industri rumah tangga dengan skala mikro yang kemudian berkembang. Dengan skala produksi yang kecil, maka diharapkan tingkat f

REORIENTASI DAN REDESAIN PEREKONIMIAN INDONESIA BERKAITAN DENGAN JATI DIRI PEREKONOMIAN BANGSA INDONESIA DAN AMANDEMEN PASAL 33 & UUD 1945

Oleh: Ayu Dwidyah Rini, M.Pd (Pembina Komunitas Ekonomi Kerakyatan) Pokok Pikiran yang disampaikan dalam: Forum Grup Diskusi Pembelajaran Ekonomi Kerakyatan Malang   Re-orientasi Perekonomian Indonesia Berdasarkan Pasal 33 Ayat 1 UUD 1945       Perekonomian Indonesia hingga saat ini masih dibelenggu oleh sistem kapitalis-liberalisme. Roda – roda perekonomian Indonesia mengacu pada Neo-Liberalism. Perilaku manusia Indonesia saat ini telah mengarah pada homo-economicus yang berorientasi pada pengutamaan kepentingan individu atau kita kenal sebagai individualisme. Stiglitz (2002) menjelaskan bahwa peran negara dalam sistem neoliberalisme diaktualisasikan dalam empat hal sebagai beriku: (1) pelaksanaan kebijakan anggaran ketat, termasuk pengahapusan subsidi, (2) liberalisasi sektor keuangan,(3) liberalisasi perdagangan dan (4) privatisasi BUMN. Berdasar pada hal tersebut perlu kembali dipertanyakan terkait hakikat perekonomian Indonesia sesuai de

Ekonomi Kerakyatan : Merumuskan Kembali Ekonomi Nasional

Oleh: Galih Dwi Prastio Bukan lautan hanya kolam susu Kail dan jala cukup menghidupimu ********* Orang bilang tanah kita tanah surga tongkat kayu dan batu pun jadi tanaman Sepenggal lirik lagu Koes Plus yang berusaha menggambarkan betapa makmurnya “seharusnya” Indonesia. Entah siapa yang patut disalahkan, apakah perumpamaan tersebut masih dipandang relevan atau tidak jika dipakai untuk menggambarkan kondisi terkini republik ini. Contoh sederhana tengok saja bursa kerja yang belum lama diselenggarakan di Graha Cakrawala Universitas Negeri Malang, para penganggur atau bahkan mereka yang mencari penghasilan lebih baik. Walaupun terkadang diharuskan membayar jumlah yang tidak sedikit, toh faktanya para pencari kerja tetap berduyun-duyun. Di lokasi yang tidak jauh, Dosen-dosen Ekonomi mewartakan dengan penuh semangat pada mahasiswa dalam kelas-kelas ekonomi bahwasanya perekonomian Indonesia mantap tumbuh dengan angka yang membanggakan, inflasi rendah dan suku bunga stabil.