Skip to main content

Curahan Hati Tentang Negeri

(Oleh:  Lenni Nurfadhilah)
Indonesia kaya akan sumber daya, baik alam maupun manusia. Beraneka ragam budaya dan suku bangsanya. Namun, fenomena kehidupan di Indonesia begitu memilukan. Masih banyak masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan, masih banyak yang pendidikannya rendah, dan masih banyak pula pengangguran. Benar pepatah mengatakan yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin tak berdaya. Pemimpin bangsa banyak yang melupakan janji manisnya, sehingga korupsi merajalela. Sungguh ironis, melihat fenomena negeri yang memilukan. Perekonomian yang seharusnya sesuai dengan UUD 1945 pasal 33 UUD, tetapi tidak demikian. Landasan perekonomian tersebut hanyalah simbol formalitas saja. Pembangunan di negeri ini masih jauh dari kata merata, baik di bidang pendidikan, kesehatan, maupun perekonomiannya. Mengapa saya katakan demikian? Karena banyak fakta yang memotretnya.
            Saya pernah ikut suatu kegiatan social di daerah Malang selatan. Ketika di perjalanan, saya hanya merasakan betapa hijaunya daerah ini, jauh dari kebisingan kota. Namun, setelah sampai di sana saya begitu terkejut, ternyata jalanan yang saya lalui tadi medannya sangatlah ekstrem dan ditambah lagi saat itu musim hujan. Jalannya berupa jalan cor yang rusak dan licin. Kegaten saya pun bertambah, di sana jarak antar rumah cukup jauh bahkan jalannya naik turun. Pada malam hari suasananya begitu sepi dan gelap, berbeda sekali dengan daerah saya tinggal, meskipun tempat tinggal saya di Tulungagung tergolong daerah pedesaan tapi masih cukup maju dibandingkan daerah pinggiran Malang.
            Keterkejutan pun semakin bertambah, ketika esok harinya kegiatan social dilakukan di sekolah-sekolah di daerah tersebut. Saya mencoba iseng bertanya pada salah seorang siswa kelas 6, hendak kemana kah mereka kelak jika sudah lulus. Jawabannya sungguh menyayat hati, mereka mayoritas tidak ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Padahal wajib belajar 9 tahun, 9 tahun itupun masih pendidikan dasar. Mereka bercerita tak ingin melanjutkan dan memilih membantu pekerjaan orang tua. Untuk melanjutkan tidak ada biaya dan fasilitas yang memadai, seperti kendaraan sebab SMPnya cukup jauh dan medan perjalanan yang sulit. Bagaimana negeri ini bisalah makmur dan sejahtera, jika masyarakatnya masih dalam kehidupan yang seperti ini. Sungguh aku tak berhenti bersyukur, meski keluarga tidak lah cukup mampu, tapi setidaknya aku jauh lebih beruntung dari mereka.
            Bukan pendidikannya saja yang rendah, namun juga perekonomiannya masih kurang. Pendidikan dan perekonomian sangatlah erat kaitannya. Apabila pendidikannya rendah bagaimana perekonomian bisa maju. Di dalam UUD 1945 sudah sangat jelas tujuan bangsa ini hendak dibawa kemana, tetapi dalam realisasinya masih sangat jauh dari pencapaian tujuan. Perekonomian yang seharusnya ekonomi kerakyatan atau ekonomi yang berasal, oleh, dan untuk rakyat namun dalam potret kehidupan tidaklah demikian. Sebagian besar modal Indonesia dikuasai oleh asing, tambang emas dikuasai Amerika, Indonesia mendapat apa? Hanya secuil dari sumber daya yang dimilikinya. Semua ini bukanlah hanya salah pemimpin saja, namun juga seluruh rakyat Indonesia. Bagaimana bisa kita membiarkan kekayaan Indonesia dikeruk habis oleh bangsa lain. Banyak rakyat yang hanya menyalahkan pemimpin saja. Andai saja mereka tidak mau diberi iming-iming saat Pemilu mungkin pencurian uang rakyat dapatlah di minimalkan atau bahkan ditiadakan. Andai mereka tidak hanya bergantung pada pemerintah, mungkin kekayaan negeri milik kita karena kita mampu mengelolanya tidak hanya mengkonsumsi saja. Dan andai mindset kita telah tumbuh kesadaran, mungkin negeri ini akan makmur dan sejahtera. Ekonomi kerakyatan akan benar-benar terealisasi. UMKM-UMKM akan tumbuh, koperasi berjalan, lumbung desa tak pernah kering.

            Ekonomi kerakyatan yang bukan sekedar kata dan symbol, tapi juga mengandung makna yang dalam. Ekonomi kerakyatan yang berasal dari rakyat, rakyatlah yang memberikan modal, baik tenaga, pikiran, maupun materi. Dikelola oleh rakyat, kekayaan yang dimiliki Negara diserahkan kepada rakyat untuk dikelola demi kesejahteraan mereka, bukan diberikan kepada pihak swasta. Dan hasilnya dikembalikan kepada rakyat. Dalam ekonomi kerakyatan pemerintah hanya sebagai pengawas, fasilitator, dan evaluator. Rakyatlah yang bergerak. Mari mulai dari diri kita. Kalau tidak sekarang, kapan lagi. Kalau bukan kita siapa lagi. J J

Comments

  1. ASSALAMU ALAIKUM.WR.WB.. SAYA TERMASUK ORANG YANG GEMAR BERMAIN TOGEL,SETELAH SEKIAN LAMANYA SAYA BERMAIN TOGEL AKHIRNYA SAYA MENEMUKAN NOMOR SEORANG PERAMAL TOGEL YANG TERKENAL KEAHLIANNYA DI SELURUH DUNIA,NAMANYA
    KIYAI_PATI DAN SAYA BENAR BENAR TIDAK PERCAYA DAN HAMPIR PINSANG KARNA KEMARIN ANGKA GHOIB YANG DIBERIKAN OLEH KIYAI 4D DI PUTARAN SGP YAITU 1239 TERNYATA BETUL-BETUL TEMBUS. SUDAH 2.KALI PUTARAN SAYA MENAN BERKAT BANTUAN KIYAI
    PADAHAL,AWALNYA SAYA CUMA COBA COBA MENELPON DAN SAYA MEMBERITAHUKAN SEMUA KELUHAN SAYA KEPADA KIYAI_PATI DISITULAH ALHAMDULILLAH KIYAI_PATI TELAH MEMBERIKAN SAYA SOLUSI YANG SANGAT TEPAT DAN DIA MEMBERIKAN ANGKA YANG BEGITU TEPAT..,MULANYA SAYA RAGU TAPI DENGAN PENUH SEMANGAT ANGKA YANG DIBERIKAN KIYAI ITU SAYA PASANG DAN SYUKUR ALHAMDULILLAH BERHASIL SAYA JACKPOT DAPAT 500.JUTA,DAN BETAPA BAHAGIANYA SAYA BERSUJUD-SUJUD SAMBIL BERKATA ALLAHU AKBAR…..ALLAHU AKBAR….ALLAHU AKBAR….SEKALI LAGI MAKASIH BANYAK YAA KIYAI,SAYA TIDAK AKAN LUPA BANTUAN DAN BUDI BAIK KIYAI, BAGI ANDA SAUDARAH-SAUDARAH YANG INGIN MERUBAH NASIB SEPERTI SAYA TERUTAMA YANG PUNYA HUTANG SUDAH LAMA BELUM TERLUNASI SILAHKAN HUBUNGI KIYAI_PATI DI NOMOR HP: 0852_1741_5657

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ekonomi Kerakyatan : Merumuskan Kembali Ekonomi Nasional

Oleh: Galih Dwi Prastio Bukan lautan hanya kolam susu Kail dan jala cukup menghidupimu ********* Orang bilang tanah kita tanah surga tongkat kayu dan batu pun jadi tanaman Sepenggal lirik lagu Koes Plus yang berusaha menggambarkan betapa makmurnya “seharusnya” Indonesia. Entah siapa yang patut disalahkan, apakah perumpamaan tersebut masih dipandang relevan atau tidak jika dipakai untuk menggambarkan kondisi terkini republik ini. Contoh sederhana tengok saja bursa kerja yang belum lama diselenggarakan di Graha Cakrawala Universitas Negeri Malang, para penganggur atau bahkan mereka yang mencari penghasilan lebih baik. Walaupun terkadang diharuskan membayar jumlah yang tidak sedikit, toh faktanya para pencari kerja tetap berduyun-duyun. Di lokasi yang tidak jauh, Dosen-dosen Ekonomi mewartakan dengan penuh semangat pada mahasiswa dalam kelas-kelas ekonomi bahwasanya perekonomian Indonesia mantap tumbuh dengan angka yang membanggakan, inflasi rendah dan suku bunga stabil.

REORIENTASI DAN REDESAIN PEREKONIMIAN INDONESIA BERKAITAN DENGAN JATI DIRI PEREKONOMIAN BANGSA INDONESIA DAN AMANDEMEN PASAL 33 & UUD 1945

Oleh: Ayu Dwidyah Rini, M.Pd (Pembina Komunitas Ekonomi Kerakyatan) Pokok Pikiran yang disampaikan dalam: Forum Grup Diskusi Pembelajaran Ekonomi Kerakyatan Malang   Re-orientasi Perekonomian Indonesia Berdasarkan Pasal 33 Ayat 1 UUD 1945       Perekonomian Indonesia hingga saat ini masih dibelenggu oleh sistem kapitalis-liberalisme. Roda – roda perekonomian Indonesia mengacu pada Neo-Liberalism. Perilaku manusia Indonesia saat ini telah mengarah pada homo-economicus yang berorientasi pada pengutamaan kepentingan individu atau kita kenal sebagai individualisme. Stiglitz (2002) menjelaskan bahwa peran negara dalam sistem neoliberalisme diaktualisasikan dalam empat hal sebagai beriku: (1) pelaksanaan kebijakan anggaran ketat, termasuk pengahapusan subsidi, (2) liberalisasi sektor keuangan,(3) liberalisasi perdagangan dan (4) privatisasi BUMN. Berdasar pada hal tersebut perlu kembali dipertanyakan terkait hakikat perekonomian Indonesia sesuai de