Berbicara
tentang Ekonomi kerakyatan, kita akan berbicara tentang rakyat secara
keseluruhan dan juga berbicara tentang upaya memberikan kesejahteraan bersama
untuk seluruh rakyat. Lalu bagaimanakah upaya kita mendapatkan kesejahteraan
bersama itu ?.Salah satu yang menjadi perhatian dalam upaya memberikan
kesejahteraan bersama bagi seluruh rakyat adalah pemberdayaan pasar rakyat.
Pasar
rakyat yang merupakan simbol ekonomi kerakyatan akhir akhir ini sering
dibicarakan oleh para petinggi petinggi negara dalam upayanya untuk memberikan
pemerataan kesejahteraan bagi rakyat. Apa itu pasar rakyat ? bagaimana pasar
rakyat dapat memberikan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia ? dan yang paling
penting, mengapa pasar rakyat itu penting dan berkontribusi pada perekonomian
Indonesia ?
Pasar
tradisional merupakan perwujudan pasar rakyat yang ada di Indonesia. Dimana
dalam pasar tradisional semua pelaku produsen baik petani, nelayan, dan
produsen lainnya akan menjual barang dagangannya. Pasar tradisional sangat
penting bagi para produsen seperti itu karena mereka berpikir dimana lagi
mereka akan bisa menjual barang dagangan tersebut jika bukan di pasar
tradisional ? apakah petani harus menjual beras, ubi, dan jagung mereka ke
supermarket atau swalayan ? apakah nelayan harus menjual ikan tangkapan mereka
ke minimarket ? tentu peran pasar akan sangat penting bagi mereka dalam mencari
nafkah.
Peran
pasar rakyat atau pasar tradisional dalam memberikan kesejahteraan bagi rakyat
sangat besar dan juga akan memberikan kontribusi pada perekonomian yang besar
juga. Mengapa ? dari status negara Indonesia yang merupakan negara agraris dan
negara maritim, berarti banyak dari penduduk atau rakyat Indonesia yang
bermatapencaharian sebagai petani, nelayan, dan lain sebagainya. Maka sebagian dari
perekonomian Indonesia datang dari para masyarakat yang bermatapencaharian
seperti itu. Bayangkan jika pasar rakyat itu tidak ada, yang ada hanya
supermarket, swalayan dan perusahaan ritel lainnya, para petani tidak akan bisa
menjual hasil bumi mereka, para nelayan tidak akan bisa menjual ikan tangkapan
mereka. Memang sebenarnya mereka dapat menjual pada temapt tempat seperti itu,
tetapi mereka tidak akan mendapatkan
keuntungan yang lebih besar bila dibandingkan menjualnya di pasar tradisional.
Lalu, apa dampaknya bagi perekonomian ? bila sebagian besar perekonomian
Indonesia diisi oleh petani, nelayan, dan usaha mikro lainnya, dan mereka tidak
mendapatkan tempat untuk memasarkan hasil produksinya, maka akan berdampak pada
penerimaan negara, dan juga berdampak pada kesejahteraan rakyat keseluruhan. Pasar
tradisional merupakan sandaran hidup bagi banyak orang dan interaksi sosial
yang terjadi sangat kental di dalam pasar dengan cara penjualan langsung
(sistem tawar menawar). Pasar tradisional merupakan kumpulan para wirausaha
yang memiliki modal sendiri dengan kekuatan sendiri. Sayangnya beberapa tahun
terakhir ini pasar tradisional menghadapi tantangan berat dengan kian masifnya
penetrasi pusat perbelanjaan dan toko modern.
Data KPPU menyebutkan bahwa ritel Alfamart tumbuh 13,26% dari
sebanyak 2.736 outlet pada tahun 2008 menjadi sebanyak 3.098 outlet pada tahun
2009. Sedangkan ritel Indomaret tumbuh 14,16% dari sebanyak 3.093 outlet pada
tahun 2008 menjadi sebanyak 3.531 outlet pada tahun 2009. Ritel moder
nmemperkerjakan sekitar 30.000 tenaga kerja di seluruh Indonesia. Ekspansi
ritel modern telah berdampak pada kinerja ekonomi pasar tradisional. Survei AC
Nielsen menunjukkan bahwa pangsa pasar ritel modern meningkat dari 35% pada
tahun 2000 Sementara omset ritel tradisional justru menurun dari sebesar 65%
pada tahun 2000 menjadi hanya sebesar 47% pada tahun 2008. Pedagang di beberapa
pasar tradisional merasakan penurunan, di DKI, Malang, maupun Bandung,
masing-masing sebesar 60%, 30%, dan 40%.
Ekspansi ritel modern selain menurunkan kinerja pasar tradisional
juga berdampak pada penurunan kinerja pemasok kecil dalam negeri, distributor
lokal, dan pekerja informal di pasar tradisional.Selain dihadapkan pada
permasalahan mahalnya biaya sewa kios pasar yang telah diremajakan, pedagang
juga menghadapi masalah perubahan preferensi konsumen pasca ekspansi ritel
modern. menjadi sebesar 53% pada tahun 2008. Survey AC Nielsen pada tahun 2009
menyebutkan bahwa 93% konsumen sudah menjadikan kegiatan belanja sebagai salah
satu mode rekreasi mereka. Model yang mereka cari adalah tempat yang memberi
keleluasaan untuk berbelanja semua kebutuhan mereka (one stop shopping).
Kondisi ini tentu akan semakin meminggirkan peran pedagang pasar kala mana
tidak ada perlindungan dan model pengembangan pasar tradisional yang tepat ke
depan.
Regulasi yang sudah ada yaitu Perpres 112 tahun 2007 tentang
Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern
maupun Permendag yang mengatur pedomannya kiranya belum cukup melindungi pasar
tradisional. Lebih-lebih belum tersedia arahan dan model yang dapat dicontoh
untuk mengembangkannya. Dalam pada itu, ekspansi ritel modern yang juga masif
tidak hanya di perkotaan tapi juga telah masuk di kota-kota kecamatan di Indonesia,
telah menimbulkan kegelisahan di kalangan pedagang pasar.
Ekonomi
kerakyatan merupakan ekonomi yang pro terhadap pasar tradisional. Mungkin penampilan
pasar tradisional yang terkesan kumuh dan kotor membat para konsumen enggan
untuk masuk dan berbelanja di dalamnya. Diharapkan pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah memberikan perhatian terhadap pasar tradisional. Pemerintah
diharapkan bisa memberikan tata kelola pasar tradisonal setidaknya yang nyaman,
bersih dan aman seperti apabila berbelanja ke pasar modern seperti supermarket,
tetapi tanpa menghilangkan jatidiri pasar itu sendiri, yaitu proses tawar
menawarnya. Kesadaran masyarakat sekitar pasar juga harus digalakkan untuk
menjaga kebersihan dan menciptakan kenyamanan baik bagi konsumen maupun pedagang
yang ada di pasar. Juga peran serta masyarakat luas, khususnya yang
berpendidikan untuk memberikan sosialisasi dan pembelajaran pada para pedagang
dan pada masyarakat luas.
(Hendra
Wahyu Santosa)
Comments
Post a Comment